Matsushita lahir di desa
Wasamura, Jepang, pada 27 November 1894 sebagai anak terakhir dari delapan
bersaudara. Beliau anak seorang tuan tanah yang tinggal di kampung kecil dan miskin
berisi sekitar enam puluh orang. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani. Pada awalnya, sang ayah memiliki 150 hektar tanah yang digarap
oleh tujuh petani penyewa. Namun, Masakusu (Ayah Matsushita) harus kehilangan
semua hartanya akibat judi komoditas yang dilakukannya.
Di masa muda, Matsushita tumbuh
sebagai remaja yang suka gugup dan sering sakit-sakitan. Beliau bekerja di toko
sepeda selama enam tahun, lalu beralih menjadi tukang listrik di perusahaan
lampu listrik Osaka Light. Pada usia
17 tahun beliau mulai meneruskan kembali sekolahnya di Kansai. Namun, ternyata
beliau hanya bertahan selama dua tahun saja. Ketidakmampuannya menulis dengan
baik menjadi penyebab kegagalan sekolahnya.
Dua tahun bekerja di Osaka Light, Matsushita naik jabatan
sebagai pemeriksa kualitas instalasi. Namun, beliau hanya mampu bertahan selama
enam bulan karena merasa banyak waktunya yang terbuang percuma dan tidak
produktif. Meski masa depannya sangat menjanjikan di sana, beliau justru
memilih untuk tetap menjadi teknisi listrik. Hingga pada akhirnya beliau
menderita TBC. Sehingga beliau kembali memilih sebagai pemeriksa yang memiliki
lwaktu lebih longgar. Di sela-sela istirahatnya, beliau merancang stop kontak
yang diharapkan lebih bagus dari buaan perusahaannya. Ketika Matsushita
menawarkan idenya kepada atasannya, ternyata karyanya tidak direspon dengan
baik. Hingga pada akhirnya pada tahun 1917 Matsushita mengundurkan diri dari
perusahaan untuk bisa fokus pada pengembangan produk dan membangun usaha
sendiri. Dari sanalah asal mula terbentuknya Panasonic Corporation.
Berkat kerja kerasnya, Panasonic
menempati peringkat 59 perusahaan terbesar di dunia versi majalah Forbes Global 500 dan menjadi salah satu
pemimpin penjualan Worldwide Top 20
Semiconductor pada tahun 2007. Matsushita meninggal pada usia 94 tahun dan
dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia selama hidupnya. Tidak
jarang, para eksekutif bisnis yang sukses di seluruh dunia yang dipandang
dengan kecurigaan dan penghinaan di negaranya, namun Matsushita wafat sebagai
seorang Pahlawan Nasional di Jepang. Ketika meninggal tahun 1989, upacara
pemakamannya dihadiri oleh 20.000 pengunjung. Presiden Amerika Serikat waktu
itu mengirimkan sebuah telegram duka cita kepada keluarganya dan menyebut
Matsushita sebagai “Inspirasi bagi manusia di seluruh dunia”.
John P. Kotter dalam buku “Kepemimpinan
Matsushita” menggambarkan sosok seorang Matsushita. Katanya, dalam banyak
standar seorang pemimpin besar, sekilas Matsushita bukanlah seperti seorang
pemimpin besar atau dikenal secara internasional. Founder Panasonic Corporation
ini memiliki tinggi yang tidak lebih dari lima kaki lima inchi. Dibandingkan
dengan saingannya Akio Morita dari Sony, beliau tidaklah tampan dan karismatik.
Telinganya menonjol seperti sayap pesawat. Tidak seperti kebanyakan politisi
terkenal di Barat, beliau tidak unggul dalam berbicara di delan umum. Bahkan dalam
beberapa tahun sebelum kematiannya suaranya semakin melemah. Beliau jarang
tampil seperti seorang intelektual yang memiliki kecerdasan tinggi dan otak
cemerlang atau menghangatkan penonton dengan berbagai anekdot lucu. Meski
demikian, beliau telah melakukan hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin
besar dunia yang mampu memotivasi kelompok besar individu untuk memperbaiki
kondisi manusia. Di Jepang, dia bahkan terkenal sebagai “Dewa Manajemen” dengan
jubah kebesaran seorang pemimpin global.
Nasihat Bijak Konosuke Matsushita
1. Misi
utama seorang pengusaha adalah mengentaskan kemiskinan, menyelamatkan masyarkat
secara keseluruhan dari akibat-akibat kemiskinan serta mengusahakan
kesejahteraan umum. Bisnis dan produksi tidak untuk memperkaya toko dan
pabrik-pabrik perusahaan, tetapi untuk seluruh masyarakatmu.
2. Memiliki
kenikmatan materi bukan jaminan kebahagiaan. Hanya kekayaan spiritual yang
dapat memberikan kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, bisnis tidak boleh hanya
mengurus aspek materi semata, tetapi juga harus mementingkan aspek spiritual,
agama, atau etika. Para pengusaha juga harus mampu berbagi rasa dalam
menciptkan masyarakat yang kaya secara spiritual dan berkecukupan secara
material.
3. Saya
percaya bahwa dengan memajukan orang lain kita pun akan maju. Dengan menolong
orang lain berarti menolong diri sendiri. Tanpa bekerja sama dengan orang lain,
saya tidak mungkin bisa mencapai tujuan saya.
4. Dengan
kerendahan hati dan pikiran yang terbuka, kita dapat belajar dari berbagai
pengalaman pada umur berapa pun. Dengan cita-cita besar dan humanistik, kita
dapat menaklukkan keberhasilan dan kegagalan, dapat belajar dari keduanya dan
terus bertumbuh.
Sepuluh Pelajaran dari Konosuke
Matsushita (Manajemen Korporasi)
1. Cintai
pekerjaan Anda jika Anda ingin melakukannya dengan baik
2. Lakukan
apa yang dikatakan oleh akal sehat
3. Ikuti
aturan alam
4. Pemimpin
harus memiliki visi
5. Bagikan
mimpi-mimpi Anda
6. Manajemen
adalah penciptaan yang berlangsung secara terus-menerus
7. Jangan
mengatakan tidak mungkin
8. Manajemen
yang transparan akan melipatgandakan pertumbuhan
9. Lakukan
“manajemen bendungan” untuk menjaga pertumbuhan yang stabil
10. Saat
yang sulit selalu memiliki sisi cerah,
*Dikutip dari Buku Kunci Sukses Entrepreneur Dunia – Progressio
2013
Sumber gambar: http://learnthroughstories.com/wp-content/uploads/2015/08/E-066d.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar