Kamis, 08 Oktober 2015

KONOSUKE MATSUSHITA SANG DEWA MANAJEMEN




Matsushita lahir di desa Wasamura, Jepang, pada 27 November 1894 sebagai anak terakhir dari delapan bersaudara. Beliau anak seorang tuan tanah yang tinggal di kampung kecil dan miskin berisi sekitar enam puluh orang. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Pada awalnya, sang ayah memiliki 150 hektar tanah yang digarap oleh tujuh petani penyewa. Namun, Masakusu (Ayah Matsushita) harus kehilangan semua hartanya akibat judi komoditas yang dilakukannya.

Di masa muda, Matsushita tumbuh sebagai remaja yang suka gugup dan sering sakit-sakitan. Beliau bekerja di toko sepeda selama enam tahun, lalu beralih menjadi tukang listrik di perusahaan lampu listrik Osaka Light. Pada usia 17 tahun beliau mulai meneruskan kembali sekolahnya di Kansai. Namun, ternyata beliau hanya bertahan selama dua tahun saja. Ketidakmampuannya menulis dengan baik menjadi penyebab kegagalan sekolahnya.

Dua tahun bekerja di Osaka Light, Matsushita naik jabatan sebagai pemeriksa kualitas instalasi. Namun, beliau hanya mampu bertahan selama enam bulan karena merasa banyak waktunya yang terbuang percuma dan tidak produktif. Meski masa depannya sangat menjanjikan di sana, beliau justru memilih untuk tetap menjadi teknisi listrik. Hingga pada akhirnya beliau menderita TBC. Sehingga beliau kembali memilih sebagai pemeriksa yang memiliki lwaktu lebih longgar. Di sela-sela istirahatnya, beliau merancang stop kontak yang diharapkan lebih bagus dari buaan perusahaannya. Ketika Matsushita menawarkan idenya kepada atasannya, ternyata karyanya tidak direspon dengan baik. Hingga pada akhirnya pada tahun 1917 Matsushita mengundurkan diri dari perusahaan untuk bisa fokus pada pengembangan produk dan membangun usaha sendiri. Dari sanalah asal mula terbentuknya Panasonic Corporation.

Berkat kerja kerasnya, Panasonic menempati peringkat 59 perusahaan terbesar di dunia versi majalah Forbes Global 500 dan menjadi salah satu pemimpin penjualan Worldwide Top 20 Semiconductor pada tahun 2007. Matsushita meninggal pada usia 94 tahun dan dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia selama hidupnya. Tidak jarang, para eksekutif bisnis yang sukses di seluruh dunia yang dipandang dengan kecurigaan dan penghinaan di negaranya, namun Matsushita wafat sebagai seorang Pahlawan Nasional di Jepang. Ketika meninggal tahun 1989, upacara pemakamannya dihadiri oleh 20.000 pengunjung. Presiden Amerika Serikat waktu itu mengirimkan sebuah telegram duka cita kepada keluarganya dan menyebut Matsushita sebagai “Inspirasi bagi manusia di seluruh dunia”.

John P. Kotter dalam buku “Kepemimpinan Matsushita” menggambarkan sosok seorang Matsushita. Katanya, dalam banyak standar seorang pemimpin besar, sekilas Matsushita bukanlah seperti seorang pemimpin besar atau dikenal secara internasional. Founder Panasonic Corporation ini memiliki tinggi yang tidak lebih dari lima kaki lima inchi. Dibandingkan dengan saingannya Akio Morita dari Sony, beliau tidaklah tampan dan karismatik. Telinganya menonjol seperti sayap pesawat. Tidak seperti kebanyakan politisi terkenal di Barat, beliau tidak unggul dalam berbicara di delan umum. Bahkan dalam beberapa tahun sebelum kematiannya suaranya semakin melemah. Beliau jarang tampil seperti seorang intelektual yang memiliki kecerdasan tinggi dan otak cemerlang atau menghangatkan penonton dengan berbagai anekdot lucu. Meski demikian, beliau telah melakukan hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin besar dunia yang mampu memotivasi kelompok besar individu untuk memperbaiki kondisi manusia. Di Jepang, dia bahkan terkenal sebagai “Dewa Manajemen” dengan jubah kebesaran seorang pemimpin global.


Nasihat Bijak Konosuke Matsushita
    1.       Misi utama seorang pengusaha adalah mengentaskan kemiskinan, menyelamatkan masyarkat secara keseluruhan dari akibat-akibat kemiskinan serta mengusahakan kesejahteraan umum. Bisnis dan produksi tidak untuk memperkaya toko dan pabrik-pabrik perusahaan, tetapi untuk seluruh masyarakatmu.
     2.       Memiliki kenikmatan materi bukan jaminan kebahagiaan. Hanya kekayaan spiritual yang dapat memberikan kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, bisnis tidak boleh hanya mengurus aspek materi semata, tetapi juga harus mementingkan aspek spiritual, agama, atau etika. Para pengusaha juga harus mampu berbagi rasa dalam menciptkan masyarakat yang kaya secara spiritual dan berkecukupan secara material.
      3.       Saya percaya bahwa dengan memajukan orang lain kita pun akan maju. Dengan menolong orang lain berarti menolong diri sendiri. Tanpa bekerja sama dengan orang lain, saya tidak mungkin bisa mencapai tujuan saya.
     4.       Dengan kerendahan hati dan pikiran yang terbuka, kita dapat belajar dari berbagai pengalaman pada umur berapa pun. Dengan cita-cita besar dan humanistik, kita dapat menaklukkan keberhasilan dan kegagalan, dapat belajar dari keduanya dan terus bertumbuh.

Sepuluh Pelajaran dari Konosuke Matsushita (Manajemen Korporasi)
      1. Cintai pekerjaan Anda jika Anda ingin melakukannya dengan baik
2. Lakukan apa yang dikatakan oleh akal sehat 
3. Ikuti aturan alam 
4. Pemimpin harus memiliki visi 
5. Bagikan mimpi-mimpi Anda
6. Manajemen adalah penciptaan yang berlangsung secara terus-menerus 
7. Jangan mengatakan tidak mungkin
8. Manajemen yang transparan akan melipatgandakan pertumbuhan 
9. Lakukan “manajemen bendungan” untuk menjaga pertumbuhan yang stabil 
10. Saat yang sulit selalu memiliki sisi cerah,



*Dikutip dari Buku Kunci Sukses Entrepreneur Dunia – Progressio 2013
Sumber gambar: http://learnthroughstories.com/wp-content/uploads/2015/08/E-066d.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar